Melihat judul di atas mungkin akan menjadi jelas jadinya mengapa banyak terjadi pemberontakan di tanah kaya raya ini. Organisasi semisal OPM atau Organisasi Papua Merdeka telah banyak melakukan aksi pemberontakan. Terang saja demikian. Sepanjang yang penulis ketahui, sejak perebutan kembali Papua Barat sampai sekarang, rakyat papua secara kasat mata masih terpinggirkan. Emas yang setiap hari mengalir dari tambang asing Tembagapura tidak sepeserpun mengalir ke penduduk sekitar. Coba kita lihat di tayangan TV secara sekilas ketika Chanel tertentu menayangkan ndustri penguras harta negara itu, hampir 90 % pekerjanya bukan orang pribumi papua. Jelas saja sering terjadi pembunuhan tanpa diketahui siapa pelakunya –yang sebenarnya juga disebabkan oleh masalah kesejahteraan yang masih sebatas mimpi di papua.
Pendidikan di Sana
Sudah jumlahnya kurang, ribuan guru yang ditempatkan di sana ternyata meninggalkan tempat tugasnya karena beratnya medan dan mencari penghasilantambahan lain. Guru-guru yang ditempatkan di pegunungan lari. Keadaan makinrunyam, karena gaji guru sering datang terlambat. Kalau sudah datang, masihdipotong lagi. Akibatnya, anak didik merana, tidak bisa bisa mendapatkanpendidikan sebagaimana layaknya.
Walaupun begitu, terjadi fenomena unik disana. Dikarenakan banyaknya guru yang mangkir kerjsa akibat kurangnya gaji, atau medan yang ukup sulit dilalui, akhirnya para tentara penjaga perbatasan dengan suka rela mengajari putra putri papua untuk membaca dan berhitung sederhana. Sehingga pendidikan yang seharusnya mengacu pada kurikulum, bagi pelajar pelajar dipapua dapat menghitung dan menulis saja merupakan ilmu yang berharga karena sulitnya mendapatkan ilmu di pulau tersebut.
Kondisi yang dialami kabupaten Yuhikimo tidak jauh berbeda dengan kondisi daerah daerah lain di Papua, bahkan pemerintah Papua yang seharusnya menjadi harapan terakhir mengenai kualitas pendidikan di sana malah terkesan acuh dan tidak mau tau. Dari segi anggaran untuk pendidikan saja papua masih mendapatkan jatah yang minim dari pemerintah Papua sendiri. Sebagaimana yang dilansir www.inilah.com bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Papua masih mengabaikan anggaran pendidikan karena hanya Rp228.72 miliar atau 4,19% dari total APBD Papua 2008 sebesar Rp5.45 triliun.
Solusi
Jika terjadi perbedaan kualitas pendidikan dan kesejahteraan di daerah timur Indonesia tersebut, terkadang penulis berfikir, bagaimana jika Ibukota negara Indonesia Pindah ke Papua? Jadi dengan adanya pusat pemerintahan di Papua, dengan sendirinya lapangan pekerjaan akan semakin bertambah banyak. Infratuktur juga akan dibenahi karena disalah presiden tinggal.
Atau yang kedua, ketika pemilihan presiden lima tahun mendatang. Orang papua wajib mengirimkan calon independent atau orang partai untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin atau wakil pemimpin negara ini. Jadi nantinya setidaknya ada orang yang lebih memiliki tanggung jawab Moral kepada tanah kelahirannya.
Setuju dengan pendapat penulis? Atau punya pendapat lain? Setidaknya 2 solusi setengah “gila” dari penulis bisa menjadi alternatif pilihan agar papua tercinta bisa hidup damai dan sejahtera.
http://pendidikanpapua.blogspot.com
0 komentar:
Post a Comment
Comment Here !