Sistem pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini sering menjadi perdebatan dalam masyarakat. Mulai dari peningkatan standar kelulusan yang mengakibatkan banyaknya siswa yang tidak lulus, kurikulum yang terus berganti sampai pada sumber daya manusia yang banyak menganggur. Hal ini membuat sistem pendidikan Indonesia perlu dikaji ulang. Mengapa siswa banyak yang tidak lulus? Mengapa banyak lulusan-lulusan sekolah yang tidak mampu menerapkan ilmu yang mereka pelajari? Dan banyak lagi pertanyaan lainnya. Adakah sistem pendidikan yang diterapkan saat ini salah? Salah satu bentuk sistem pendidikan yang dapat dicoba untuk merubah keadaan miris dunia pendidikan Indonesia saat ini, dan mulai dikembangkan di Indonesia adalah pendidikan sekolah alam.
Mungkin sedikit asing ditelinga kita, atau bahkan sebagian dari kita telah mengetahui keberadaan sekolah alam ini sendiri. Sulit memang mencari sekolah yang mengikutsertakan alam sekitar sebagai sarana pembelajaran bahkan Kurikulum tambahan di daerah Indonesia pada umumnya. Akan tetapi sekolah bertemakan alam ini telah banyak dirintis di berbagai kota besar di indonesia, seperti di daerah Jawa Barat dan Banten.
Apa itu sekolah alam?
Bagi yang belum mengetahui apakah sekolah alam itu, penulis mencoba untuk menguraikannya sedikit. Sekolah alam adalah sekolah alam terbuka dimana konsep utamanya adalah ditujukan agar para muridnya dapat belajar sambil bermain. Berbagai sarana baru ditawarkan sekolah-sekolah yang menamakan dirinya ’Sekolah Alam’. Sekolah semacam ini tak hanya dilengkapi laboratorium dan perangkat komputer, tapi sekolahnya sendiri ditata menjadi bagian dari alam terbuka, ruang-ruangnya terbuat dari saung daun kelapa dan ijuk. Pohon-pohon rindang dibiarkan tumbuh di hampir seluruh sudut sekolah, lengkap dengan berbagai sarana eksplorasi seperti rumah pohon, climbing, lapangan bola dan flying fox. Dari segi biaya pun sekolah alam relatif murah, karena ruang belajarnya bisa berupa saung dan tidak perlu membangun gedung megah. Laboratiumnya pun berupa alam, yang menyediakan segala fasilitas dan sumber segala ilmu pengetahuan.
Dampak bagi para siswa ?
Menurut Efriyani Djuwita,M.Si seorang psikolog Perkembangan Anak dan staf pengajar Fakultas Psikologi UI, Sekolah alam adalah salah satu bentuk pendidikan alternatif yang menggunakan alam sebagai media utama sebagai pembelajaran siswa didiknya. Tidak seperti sekolah biasa yang lebih banyak menggunakan metode belajar mengajar di dalam kelas, para siswa belajar lebih banyak di alam terbuka. Di sekolah alam metode belajar mengajar lebih banyak menggunakan aktif atau action learning dimana anak belajar melalui pengalaman (red- dimana anak mengalami dan melakukan langsung) . Dengan mengalami langsung anak atau siswa diharapkan belajar dengan lebih bersemangat, tidak bosan, dan lebih aktif. Penggunaan alam sebagai media belajar menurut psikolog yang akrab disapa Ita ini diharapkan agar kelak anak atau siswa jadi lebih aware dengan lingkungannya dan tahu aplikasi dari pengetahuan yang dipelajari. Tidak hanya sebatas teori saja.
Kurikulum yang digunakan
Yang menarik dari sekolah alam ini juga dikarenakan sistem pembelajaraanya yang tidak kaku, karena kebanyakan sekolah alam tidak menggunakan sistem hukuman seperti sekolah sekolah pada umumnya. Hanya saja dari sekitar 100 sekolah alam yang ada di Indonesia, kebanyakan dari sekolah tersebut hayalah sebatas sekolah dengan tingkatan sekolah dasar dan taman kanak-kanak. Walaupun begitu segelintir orang seperti Lendo Novo (salah satu pendiri sekolah alam) mencanangkan sekolah alam yang meminimalkan waktu sekolah pada jenjang SMP dan SMA menjadi 4 tahun. Hal ini menurutnya di dasari pada perkembangan psikologi anak, dimana setiap anak mestinya lulus sekolah menengah saat akil balig, pada saat dia sudah beranjak dewasa. Dalam Islam indikator dewasa sederhana, hanya dilihat dari perubahan fisik. Jadi kalau rata-rata anak mengalami perubahan fisik umur 13 tahun, maka dewasanya umur 13 tahun, dan diharapkan pada usia ini anak sudah mandiri. Oleh karena itu, Sekolah Alam juga mendesain sebuah metodologi dan kurikulum yang diyakini anak-anak seumur kurang lebih 13 tahun sudah bisa mencari nafkah, sudah bisa bertanggung jawab kepada dirinya sendiri.
Lendo mengakui, pada saat mulai menjalankan konsep Sekolah Alam, semua pelakunya tidak pernah belajar dari alam, baik pendirinya, penggagasnya, gurunya, semuanya tidak ada yang pengalaman. Lalu mereka melakukan eksperimen satu persatu dengan panduan kurikulum internasional. Kurikulum internasional didahulukan, karena diyakini yang namanya Sekolah Alam bersifat universal -tidak hanya Indonesia-, jadi harus mencakup alam semesta. “ Patokan kita waktu itu kurikuluim internasional, lalu diadaptasi ke dalam kurikulum nasional, terus diadaptas lagi ke kurikulum Sekolah Alam,” jelas Lendo.
Dampak bagi masa depan?
Seandainya banyak sekolah di Indonesia yang berbentuk sekolah alam, maka metode pembelajaran yang selama ini terkesan membosankan akan berubah menjadi metode yang menyenangkan, sehingga para siswa siswinya bukan hanya dididik dengan pelajaran yang hanya mengaku pada kurikulum, tetapi dengan sendirinya sekolah alam akan menumbuhkan potensi dari diri setiap siswa siswanya.
Berikut berbagai sekolah alam yang telah terkenal dikalangan masyarakat luas:
www.sekolahalambogor.org
www.penapendidikan.com
www.penapendidikan.com/lendo-novo
Unknown Kalau di surabaya dimana ya?